Tuesday, 5 November 2013

Australia Diduga Bantu Penyadapan AS di Asia

BEIJING—Sejumlah negara Asia, termasuk Cina dan Indonesia, meminta penjelasan dari Amerika Serikat (AS) dan Australia terkait laporan media bahwa Australia membantu AS mengumpulkan intelijen di kawasan Asia.
Dalam laporan Kamis, surat kabar Sydney Morning Herald menyitir isi dokumen Edward Snowden dan seorang mantan intelijen Australia. Artikel tersebut menyebut  fasilitas di dalam Kedutaan Besar Australia di negara-negara Asia digunakan untuk menyadap percakapan telepon dan mengumpulkan data. Kegiatan tersebut  dikoordinasikan dengan AS. Laporan itu menyebutkan fasilitas kedubes tersebut dioperasikan Direktorat Sinyal Pertahanan Australia.
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Cina mendesak pemerintah asing untuk tidak menggunakan fasilitas diplomatik untuk mengganggu keamanan nasional Negeri Tirai Bambu.
“Cina sangat mengkhawatirkan laporan ini. Cina meminta klarifikasi dan penjelasan pihak AS,” sebut juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Hua Chunying dalam konferensi pers pada Kamis, seperti terungkap dalam situs kementerian.
Situs resmi tersebut juga turut menyitir permintaan Hua agar Kedubes asing di Cina mematuhi Konvensi Wina serta pakta lain. Hua meminta mereka untuk “tidak terlibat dalam aktivitas yang tidak sesuai dengan status mereka, atau yang mengancam keamanan serta kepentingan Cina.”
Di Indonesia, Kedutaan Besar Australia menyatakan Duta Besar Greg Moriarty telah dipanggil ke Kementerian Luar Negeri, Jumat lalu, guna membahas tuduhan mengenai keterlibatan Australia dalam kegiatan penyadapan. Moriarty “secara cermat mencatat persoalan yang diangkat” dan akan melaporkan hal ini ke Canberra, kata kedutaan tersebut.
Jumat lalu di Kuala Lumpur, pemerintah Malaysia memanggil diplomat Australia dan secara resmi melayangkan nota protes. Menteri Luar Negeri Malaysia Anifah Aman mengungkap kekhawatiran pemerintahannya di depan Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop dalam pertemuan multilateral Samudra Hindia di Perth. Pernyataan resmi Kementerian Luar Negeri Malaysia menyatakan laporan media telah “menimbulkan kemarahan di antara rakyat Malaysia.”
“[Anifah] menekankan bahwa aktivitas tersebut bukan sesuatu yang biasa dilakukan antar mitra, karena dapat merusak hubungan antar negara,” demikian terungkap dalam pernyataan Kemlu Malaysia.
Dalam laporan media tersebut, kedutaan Australia yang diduga terlibat dalam kegiatan intelijen mencakup di Jakarta, Bangkok, Hanoi, Beijing dan Dili, serta  Komisi Tinggi di Kuala Lumpur dan Port Moresby, Papua Nugini.
Program tersebut melibatkan “Lima mata”—Australia, Inggris, Kanada, Selandia Baru dan AS sendiri—seperti dirilis surat kabar Der Spiegel sebelumnya.

Sumber : The Wall Street Journal

No comments:

Post a Comment