Friday, 12 July 2013

KPU Jawa Timur Diminta Jaga Netralitas


suarasurabaya.net - Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jawa Timur diminta tak terpengaruh desakan yang dilakukan beberapa organisasi menjelang proses penetapan pasangan calon dalam pemilihan gubernur (pilgub) Jawa Timur pada 14 Juli 2013 mendatang.

"Hari ini ada dua organisasi yang datangi KPU. Kami berharap KPU tetap netral dan tak terpengaruh desakan siapapun," kata Nugroho, Koordinator Aliansi Wong Cilik Bersatu Jawa Timur ketika berbincang dengansuarasurabaya.net, Kamis (11/7/2013).

Nugroho melihat, KPU Jawa Timur saat ini sudah mencoba netral. Salah satunya dengan meloloskan Eggy-Sihat merupakan bukti jika KPU tidak memihak siapapun dan bekerja sesuai dengan aturan hukum yang berlaku.

Sekadar diketahui, jelang penetapan calon gubernur dan wakil gubernur pada 14 Juli mendatang, KPU memang dalam sorotan. Ini setelah adanya dualisme dukungan dari PPNUI dan PK, dimana Ketua Umum PPNUI dan PK mendukung Khofifah-Herman, sedangkan Sekjen PPNUI dan PK mendukung Soekarwo-Saifullah Yusuf.

Menurut Nugroho, dalam menyikapi dualisme ini, KPU harus tegas. "KPU harus berpedoman dengan hukum yang berlaku, jangan memihak. Kalau dua parpol ini secara administrasi tidak lengkap ya jangan dipaksakan," kata dia. 

Dia berharap, pelkada kali ini bisa menjadi acuan bagi seluruh pilkada di Indonesia. Karenanya, netralitas KPU harus benar-benar dijaga. (fik)

Polda Jawa Timur Gerebek 9 Lokasi Judi


Polda Jawa Timur Gerebek 9 Lokasi Judi
Sejumlah polisi berpakaian preman melakukan razia terhadap pelajar di kawasan Pakubuwono Residences Jakarta, Rabu (12/12). Dalam razia ini 4 orang remaja dibawa ke kantor polisi untuk dimintai keterangan, karena kedapatan sedang bermain judi. TEMPO/Amston Probel

TEMPO.CO, Surabaya - Petugas Kepolisian Daerah Jawa Timur menggerebek lokasi perjudian yang tersebar di sembilan daerah, Kamis, 11 Juli 2013. Dari penggerebekan itu, 22 tersangka ditahan aparat Unit III Kejahatan dan Kekerasan Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Jawa Timur.

Ada empat jenis perjudian yang dilibas polisi, yakni kupon putih (togel), dingdong, cap jiki, dan remi. Lokasi perjudian kupon putih tersebar di Mojokerto, Blitar, Kediri, Madiun, Magetan, Jember. Perjudian dingdong ditemukan di Blitar. Perjudian cap jiki di Malang, dan perjudian remi di Sidoarjo. Polisi menyita uang belasan juta rupiah dari tangan para tersangka.

Kepala Sub Bidang Penerangan Masyarakat Polda Jawa Timur, Ajun Komisaris Besar Suhartoyo, mengatakan, aksi penggerebekan dan penangkapan terhadap para tersangka pelaku perjudian ini dilakukan sejak tiga minggu yang lalu hingga mendekati awal puasa atau 22 Juni 2013 sampai 4 Juli 2013. "Omzetnya ratusan juta rupiah," kata Suhartoyo.

Suhartoyo mengatakan, operasi terhadap perjudian akan terus dilakukan selama Ramadan. Sebab, polisi menengarai masih banyak tindak perjudian yang belum terungkap. "Yang belum tertangkap berarti masih selamat. Siap-siap saja," kata Suhartoyo.

Sejumlah barang bukti yang berhasil disita polisi dari perjudian kupon putih antara lain, uang tunai Rp 7,5 juta, 200 lembar rekapan nomor judi togel, 10 lembar rekapan judi kosong, 200 lembar nomor pasangan judi togel, delapan buku Tafsir Mimpi, 10 buah handphone, sebuah laptop, sepuluh kalkulator, 20 pulpen, lima spidol dan sebuah buku tabungan serta kartu Anjungan Tunai Mandiri (ATM) BCA.

Barang bukti judi dingdong yang disita yakni 11 mesin permainan dingdong, uang tunai Rp 5 juta; uang koin @Rp 500 sebesar Rp 100 ribu; uang koin @Rp 500 sebesar Rp 600 ribu masih di dalam mesin; serta selembar totalan judi dingdong. Sementara barang bukti perjudian cap jiki yakni uang tunai Rp 2 juta; sebuah kotak permainan cap jiki; empat buah bola; serta satu buah waterpass. Dan barang bukti perjudian kartu remi adalah uang tunai Rp 1 juta dan dua set kartu remi
.

Ramadan adds to Egypt's anxieties

 — Los Angeles Times                                                                                                                        — A muggy sunrise over Cairo on Wednesday ushered in the start of Egypt's annual Ramadan season, when Muslims begin a monthlong period of fasting and religious reflection.                              The question many here are asking: Will the revolution take time off for the holiday?
The military, which last week brought down Islamist President Mohammed Morsi, certainly hopes so. The military-led interim government is betting that Morsi's Muslim Brotherhood supporters will find it harder to sustain their protests demanding his reinstatement while simultaneously refraining from food, water and cigarettes from dawn to dusk.
In most Muslim countries, the government and economy noticeably slow down during Ramadan as people prefer to sleep during the day and spend the nights with family members and friends breaking the fast.
With the political turmoil since last week's military coup, many Egyptians say they're not particularly in a holiday mood this year.
But in the Muslim Brotherhood's Cairo stronghold of Rabaa, where thousands of Morsi supporters have camped out for a week, most are vowing to keep their sit-in alive even as they fast in temperatures that are expected to hit 100 degrees in the coming days.
Many said that celebrating Ramadan in makeshift tents on the streets will give the holiday greater religious meaning.
"This feels like a holy pilgrimage" said Eneyat El-Shenway, 38, a teacher and mother of five. Usually at this time of year she would be cleaning the house back in the city of Mansoura, finishing last-minute shopping for special foods, decorating the family dinner table and cooking her children's favorite dishes, including kofta, duck and macaroni.
Instead the family is fasting under a carpet-covered tent perched on a traffic median in the middle of Rabaa.
"We can forgo all the things we usually enjoy for the sake of our country," she said. "Even if we eat nothing but water and dates, this year we are 1,000 times happier."
Muslim Brotherhood officials said they were doing their best to give a holiday atmosphere to the protest encampment, decorating tents, laying carpets on the asphalt and planning nighttime soccer matches. White lines have been painted on the streets pointing to the direction of Mecca in preparation for mass prayers.
Charities are setting up tables of free food for the protesters, many of whom come from outside Cairo.
But because Ramadan is seen as a time of brotherhood, charity and equality, ardent Muslims might find it difficult to reconcile the holiday with anti-military protests and calls for vengeance. Harming or killing other Muslims is especially taboo.
By the same token, the military might find itself more restrained during the holiday. Launching a crackdown against the protesters, such as the one Monday that killed at least 51 people, could trigger a public backlash.
During Ramadan, it's not uncommon for violence and crime to drop, partly because people are physically weaker and more focused on religion. During the U.S. occupation of Iraq, for example, attacks against American troops usually dipped during Ramadan. A study in Saudi Arabia found that men were less likely to beat their wives during the holiday.
Other research, however, suggests that fasting and giving up vices such as cigarettes can make people more irritable and intolerant during Ramadan. In 2009, a church burning in Egypt was attributed to the anti-Christian sentiments whipped up during holiday.
In the Palestinian territories, militant attacks against Israel's occupation have often spiked during Ramadan out of a belief that if a Muslim dies as a martyr during the holiday, the rewards in heaven are even greater.
Asked if the family considered going home for the holiday and returning to protest after Ramadan, El-Shenway shook her head and said, "I'd be a traitor."

Read more here: http://www.heraldonline.com/2013/07/10/5011638/ramadan-adds-to-egypts-anxieties.html#storylink=cpy

Rock Hill school, church, volunteers partner to host summer reading camp



The Summer Safari reading day camp at Boyd Hill Baptist Church in Rock Hill. Malia Hope reads for volunteer teacher Dorothy Seale.
ANDY BURRISS — aburriss@heraldonline.com Buy Photo
Every morning, Monday through Thursday, the fellowship hall at Boyd Hill Baptist Church fills with young children.
They act like children do, darting from friend to friend, unable to sit still or stay quiet.
But then a volunteer ushers the children to the collection of small carpets along one wall, opens a book and begins to read.
The day has begun at the “Summer Safari” reading camp, the brainchild of Jerry Seale and York Road Elementary School.
For two hours each day, a group of 25 to 35 children comes and learns, listening to stories, working on reading and comprehension skills, applying and talking about what they’re reading, and even eating a snack, making crafts and doing exercises.
“They love it and they’re so engaged,” said Patty Domenick, a teacher at York Road Elementary, where most of the camp’s attendees go to school.
Seale, who’s a former teacher and coach, said he wanted to create a program that targeted students in kindergarten through second grade, to help reduce the summer “learning lag” when many students lose what skills they gained during the course of the school year, particularly reading.
“If a child can’t read, he can’t do anything,” Seale said.
After establishing a partnership with York Road Elementary, Seale said Boyd Hill Baptist Church volunteered to let the program use its facility. In addition to promoting the program, York Road Elementary also gave the program books to use that are on the students’ grade levels and let the program use a bus so students without transportation wouldn’t be hindered from participating.
“Everyone’s been very cooperative because they know how important reading is,” he said.
Seale said the program tried to target students who were struggling in their reading, so they could try to get them back on track.
“It’s such a great opportunity for these children who are struggling readers,” Domenick said.
The program is staffed by teachers, such as Domenick, and local middle and high school students. Seale said they all give up their own summer to help the children.
One young volunteer, Raynelle Benson, 13, said she wants to be a kindergarten teacher one day.
“I’ve always loved being around kids and helping kids,” she said.
Another, Maddie Harr, 13, said the best part of volunteering was watching the kids learn every day.
“They all progress really well, and they’re all so sweet,” she said.
This summer, the city of Rock Hill and the Rock Hill Schools, along with other local organizations, partnered to promote a reading initiative called “Rock Hill Reads.” The program’s goal was to get every person in Rock Hill reading for at least 20 minutes a day. The volunteers at Summer Safari and Seale said every day the kids in this program are reading for more than an hour.
At the end of each day, the students can select four books to take home with them overnight.
“You can read it to your parents or to yourself,” said Quindarius Thompson, a Summer Safari participant.
He’ll be entering the second grade next month, and his favorite books are about superheroes and adventures.
“I like reading so I can be smart,” he said.
Rachel Southmayd •  803-329-4072

Read more here: http://www.heraldonline.com/2013/07/11/5016102/rock-hill-school-church-volunteers.html#storylink=cpy

Kabur dari LP Tanjung Gusta, Beredar Kabar Fadli Sadama Syahid

Jum'at, 12 Jul 2013


JAKARTA (voa-islam.com) - Fadli Sadama bin Mahmudin alias Fernando alias Buyung alias Adek (28 th), menjadi salah satu narapidana LP Klas I Tanjung Gusta, Medan yang meloloskan diri saat terjadi kerusuhan pada Kamis malam (11/7/2013).

Achmad Michdan selaku Koordinator Tim Pengacara Muslim (TPM) mengaku telah mendengar berita tersebut.

“Tadi pagi kita sudah melakukan konfirmasi dengan teman-teman TPM di Medan, katanya ada sekitar 8 orang yang melarikan diri termasuk Fadli Sadama tetapi sekarang sedang didalami,” kata Achmad Michdan kepada voa-islam.com, Jum’at (12/7/2013).

Sempat beredar kabar bahwa Fadli tertembak dan syahid, namun TPM selaku penasehat hukum Fadli menegaskan kabar tersebut belum bisa dikonfirmasi kebenarannya.

“Sedang dicek kebenarannya, sebab ketua TPM Medan sedang di Jakarta dan baru saja meluncur ke Medan. Jadi ketika saya minta informasi belum mendapat konfirmasi,” ujarnya.

Menurut sumber terpercaya, Fadli memang dipastikan meloloskan diri dari LP Tanjung Gusta, namun hingga kini belum tertangkap dan tidak benar jika Fadli tertembak.

Untuk diketahui, sosok Fadli Sadama di mata aparat memang begitu ditakuti. Ia memiliki tingkat kecerdasan sangat tinggi, meski ia hanya tamatan SMA di Pekanbaru, Riau. Dia juga jago IT dan teknik komputer yang dipelajarinya secara otodidak, begitu juga Bahasa Inggrisnya juga sangat bagus.

Fadli Sadama tertangkap saat berencana menuju sebuah kamp bernama Darussalam yang khusus digunakan para mujahidin dari wilayah Asia untuk berlatih dan saling berbagi keterampilan di Pattani, Thailand Selatan. Fadli berencana menuju kamp itu melalui jalur Johor Bahru namun tertangkap dalam operasi rutin aparat Malaysia 13 Oktober 2010.

Ia kemudian dideportasi dari Malaysia ke Jakarta menumpang pesawat MH 723 Sabtu 4 Desember 2010 pukul 17.30.

Fadli dijerat atas sejumlah tindakan pidana. Majelis Hakim PN Medan yang diketuai Agus Rumekso, pada Selasa, (27/09/2011), memvonis terdakwa teroris Fadli Sadama dengan hukuman 11 tahun penjara karena dituduh terlibat dalam kasus perampokan Bank CIMB Niaga, Jalan Aksara, Medan. [Ahmed Widad]

Biografi Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)


Agama Islam menyebar di bumi nusantara dikabarkan dilakukan oleh para ulama yang kemudian dianugrahi gelar Wali Songo. Dan Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim adalah sosok ulama pertama yang diberi gelar sebagai Wali Songo. Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim (w. 1419 M/882 H) adalah nama salah seorang Walisongo, yang dianggap yang pertama kali menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Ia dimakamkan di desa Gapura, kota Gresik, Jawa Timur.


Tidak terdapat bukti sejarah yang meyakinkan mengenai asal keturunan Maulana Malik Ibrahim, meskipun pada umumnya disepakati bahwa ia bukanlah orang Jawa asli. Sebutan Syekh Maghribi yang diberikan masyarakat kepadanya, kemungkinan menisbatkan asal keturunannya dari Maghrib, atau Maroko di Afrika Utara.

Babad Tanah Jawi versi J.J. Meinsma menyebutnya dengan nama Makhdum Ibrahim as-Samarqandy, yang mengikuti pengucapan lidah Jawa menjadi Syekh Ibrahim Asmarakandi. Ia memperkirakan bahwa Maulana Malik Ibrahim lahir di Samarkand, Asia Tengah, pada paruh awal abad 14.

Dalam keterangannya pada buku The History of Java mengenai asal mula dan perkembangan kota Gresik, Raffles menyatakan bahwa menurut penuturan para penulis lokal, “Mulana Ibrahim, seorang Pandita terkenal berasal dari Arabia, keturunan dari Jenal Abidin, dan sepupu Raja Chermen (sebuah negara Sabrang), telah menetap bersama para Mahomedans lainnya di Desa Leran di Jang’gala”.

Namun demikian, kemungkinan pendapat yang terkuat adalah berdasarkan pembacaan J.P. Moquette atas baris kelima tulisan pada prasasti makamnya di desa Gapura Wetan, Gresik; yang mengindikasikan bahwa ia berasal dari Kashan, suatu tempat di Iran sekarang.

Terdapat beberapa versi mengenai silsilah Maulana Malik Ibrahim. Ia pada umumnya dianggap merupakan keturunan Rasulullah SAW; melalui jalur keturunan Husain bin Ali, Ali Zainal Abidin, Muhammad al-Baqir, Ja’far ash-Shadiq, Ali al-Uraidhi, Muhammad al-Naqib, Isa ar-Rumi, Ahmad al-Muhajir, Ubaidullah, Alwi Awwal, Muhammad Sahibus Saumiah, Alwi ats-Tsani, Ali Khali’ Qasam, Muhammad Shahib Mirbath, Alwi Ammi al-Faqih, Abdul Malik (Ahmad Khan), Abdullah (al-Azhamat) Khan, Ahmad Syah Jalal, Jamaluddin Akbar al-Husain (Maulana Akbar), dan Maulana Malik Ibrahim.

Penyebaran Agama

Maulana Malik Ibrahim dianggap termasuk salah seorang yang pertama-tama menyebarkan agama Islam di tanah Jawa, dan merupakan wali senior diantara para Walisongo lainnya.

Beberapa versi babad menyatakan bahwa kedatangannya disertai beberapa orang. Daerah yang ditujunya pertama kali ialah desa Sembalo, sekarang adalah daerah Leran, Kecamatan Manyar, yaitu 9 kilometer ke arah utara kota Gresik. Ia lalu mulai menyiarkan agama Islam di tanah Jawa bagian timur, dengan mendirikan mesjid pertama di desa Pasucinan, Manyar.

Pertama-tama yang dilakukannya ialah mendekati masyarakat melalui pergaulan. Budi bahasa yang ramah-tamah senantiasa diperlihatkannya di dalam pergaulan sehari-hari. Ia tidak menentang secara tajam agama dan kepercayaan hidup dari penduduk asli, melainkan hanya memperlihatkan keindahan dan kabaikan yang dibawa oleh agama Islam. Berkat keramah-tamahannya, banyak masyarakat yang tertarik masuk ke dalam agama Islam.

Sebagaimana yang dilakukan para wali awal lainnya, aktivitas pertama yang dilakukan Maulana Malik Ibrahim ialah berdagang. Ia berdagang di tempat pelabuhan terbuka, yang
sekarang dinamakan desa Roomo, Manyar.

Perdagangan membuatnya dapat berinteraksi dengan masyarakat banyak, selain itu raja dan para bangsawan dapat pula turut serta dalam kegiatan perdagangan tersebut sebagai pelaku jual-beli, pemilik kapal atau pemodal.

Setelah cukup mapan di masyarakat, Maulana Malik Ibrahim kemudian melakukan kunjungan ke ibukota Majapahit di Trowulan. Raja Majapahit meskipun tidak masuk Islam tetapi menerimanya dengan baik, bahkan memberikannya sebidang tanah di pinggiran kota Gresik. Wilayah itulah yang sekarang dikenal dengan nama desa Gapura. Cerita rakyat tersebut diduga mengandung unsur-unsur kebenaran; mengingat menurut Groeneveldt pada saat Maulana Malik Ibrahim hidup, di ibukota Majapahit telah banyak orang asing termasuk dari Asia Barat.

Demikianlah, dalam rangka mempersiapkan kader untuk melanjutkan perjuangan menegakkan ajaran-ajaran Islam, Maulana Malik Ibrahim membuka pesantren-pesantren yang merupakan tempat mendidik pemuka agama Islam di masa selanjutnya. Hingga saat ini makamnya masih diziarahi orang-orang yang menghargai usahanya menyebarkan agama Islam berabad-abad yang silam. Setiap malam Jumat Legi, masyarakat setempat ramai berkunjung untuk berziarah.

Ritual ziarah tahunan atau haul juga diadakan setiap tanggal 12 Rabi’ul Awwal, sesuai tanggal wafat pada prasasi makamnya. Pada acara haul biasa dilakukan khataman Al-Quran, mauludan (pembacaan riwayat Nabi Muhammad), dan dihidangkan makanan khas bubur harisah.

Legenda Rakyat

Menurut legenda rakyat, dikatakan bahwa Maulana Malik Ibrahim berasal dari Persia. Maulana Malik Ibrahim Ibrahim dan Maulana Ishaq disebutkan sebagai anak dari Maulana Jumadil Kubro, atau Syekh Jumadil Qubro. Maulana Ishaq disebutkan menjadi ulama terkenal di Samudera Pasai, sekaligus ayah dari Raden Paku atau Sunan Giri. Syekh Jumadil Qubro dan kedua anaknya bersama-sama datang ke pulau Jawa. Setelah itu mereka berpisah; Syekh Jumadil Qubro tetap di pulau Jawa, Maulana Malik Ibrahim ke Champa, Vietnam Selatan; dan adiknya Maulana Ishak mengislamkan Samudera Pasai.

Maulana Malik Ibrahim disebutkan bermukim di Champa (dalam legenda disebut sebagai negeri Chermain atau Cermin) selama tiga belas tahun. Ia menikahi putri raja yang memberinya dua putra; yaitu Raden Rahmat atau Sunan Ampel dan Sayid Ali Murtadha atau Raden Santri. Setelah cukup menjalankan misi dakwah di negeri itu, ia hijrah ke pulau Jawa dan meninggalkan keluarganya. Setelah dewasa, kedua anaknya mengikuti jejaknya menyebarkan agama Islam di pulau Jawa.

Maulana Malik Ibrahim dalam cerita rakyat terkadang juga disebut dengan nama Kakek Bantal. Ia mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam. Ia merangkul masyarakat bawah, dan berhasil dalam misinya mencari tempat di hati masyarakat sekitar yang ketika itu tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara.

Selain itu, ia juga sering mengobati masyarakat sekitar tanpa biaya. Sebagai tabib, diceritakan bahwa ia pernah diundang untuk mengobati istri raja yang berasal dari Champa. Besar kemungkinan permaisuri tersebut masih kerabat istrinya.

Wafat

Setelah selesai membangun dan menata pondokan tempat belajar agama di Leran, tahun 1419 Maulana Malik Ibrahim wafat. Makamnya kini terdapat di desa Gapura Wetan, Gresik, Jawa Timur. Saat ini, jalan yang menuju ke makam tersebut diberi nama Jalan Malik Ibrahim.


Referensi :

- http://satya89.wordpress.com/2010/01/01/sunan-gresikmaulana-malik-ibrahim/