Thursday, 5 September 2013

Snowden Bocorkan Rahasia Baru Anggaran Intelijen AS

Harian Washington Post mengungkapkan “anggaran hitam” yang disisihkan untuk operasi program pengintaian sebesar $52,6 miliar dalam tahun fiskal 2013, Kamis (29/8).

Kantor Badan Keamanan Nasional Amerika di Fort Meade, negara bagian Maryland, tempat Edward Snowden sempat bekerja sebagai pegawai kontrak (Foto: dok).
Kantor Badan Keamanan Nasional Amerika di Fort Meade, negara bagian Maryland, tempat Edward Snowden sempat bekerja sebagai pegawai kontrak (Foto: dok).

UKURAN HURUF
 
Mantan pegawai intelijen Amerika Edward Snowden telah membocorkan dokumen rahasia baru yang untuk pertama kalinya, mengungkapkan cara Amerika menggunakan puluhan miliar dolar setiap tahun untuk program mata-mata.

Harian Washington Post hari Kamis mengungkapkan “anggaran hitam” $52,6 miliar yang disisihkan untuk operasi dalam tahun fiskal 2013.

Walaupun pemerintah Amerika setiap tahun mengungkapkan semua anggaran intelijen, dokumen 178-halaman itu menjabarkan rincian berapa banyak uang yang dialokasikan untuk setiap badan hingga tingkat tertentu, dan untuk apa uang itu digunakan.  Surat kabar tersebut melaporkan bahwa Snowden adalah sumber dokumen itu.

Menurut Washington Post, CIA menerima sebagian besar dana semua badan intelijen dengan anggaran yang diusulkan sebesar $ 14,7 miliar untuk tahun 2013. Ini lebih dari 50 persen di atas anggaran untuk Badan Keamanan Nasional.

Walaupun surat kabar itu memuat grafik dan bagan yang melacak masing-masing pengeluaran dari ke-16 badan masyarakat intelijen, Washinton Post mengatakan pihaknya menahan  sebagian informasi, setelah berkonsultasi dengan para pejabat Amerika yang mengutarakan keprihatinan akan risiko terhadap sumber-sumber intelijen dan tekniknya.

Snowden, sumber di belakang bocornya informasi intelijen terbesar dalam sejarah Amerika itu, melarikan diri tiga bulan lalu dari Hawaii dengan membawa banyak rahasia penting. Ia sekarang tinggal dalam suaka sementara di Rusia, walaupun pihak berwenang Amerika telah mengusahakan ekstradisi terhadapnya untuk menghadapi dakwaan spionase
.

Perancis Menyusul Buka Laporan Intelijen soal Suriah

Penulis :

  • Palupi Annisa Auliani
  • Selasa, 3 September 2013 | 05:11 WIB
Ini adalah peta terdampak serangan pada Rabu (21/8/2013) di Suriah, yang menjadi lampiran dalam laporan intelijen Amerika Serikat yang dipublikasikan akhir pekan lalu. Data dalam peta ini juga dikutip dalam laporan intelijen Inggris dan Perancis. | CNN.com
               Menyusul Amerika Serikat dan Inggris, Senin (2/9/2013), Pemerintah Perancis merilis data intelijen yang mendukung tudingan penggunaan senjata kimia di Suriah. Perancis menyatakan tindakan rezim Bashar Assad tak lagi cuma semata persoalan internal negara itu. Sementara itu, Suriah meminta Barat menghitung ulang risiko bila serangan militer tetap diarahkan ke Suriah.

Sembilan halaman laporan intelijen Perancis ini pun menyatakan rezim Assad berada di balik serangan pada Rabu (21/8/2013) yang diduga menggunakan senjata kimia dan menewaskan lebih dari 1.400 orang di Damaskus, Suriah. Perancis menyatakan kubu oposisi Suriah tak punya pengetahuan dan pengalaman untuk melakukan serangan seperti pada Rabu dini hari itu.
"(Serangan) ini merupakan ancaman besar untuk keamanan nasional dan global," kata seorang pejabat Perancis kepada Reuters menjelang laporan intelijen tersebut dipublikasikan. Citra satelit yang menjadi salah satu bagian data intelijen tersebut menunjukkan, serangan datang dari daerah yang dikuasai pemerintah Assad, di sisi timur dan barat Suriah.

Adapun target yang dibidik adalah zona yang dikuasai oposisi, sebelum warga sipil mulai tewas karena keracunan gas. Kemudian, lanjut pejabat itu, lokasi sasaran serangan dibom dan dibumihanguskan untuk menghilangkan bukti penggunaan senjata kimia. 
"Tidak seperti serangan sebelumnya dengan penggunaan senjata kimia berdosis kecil sebagai teror, ini adalah serangan taktis yang bertujuan merebut wilayah," imbuh pejabat tersebut.

Menurut laporan intelijen itu, serangan udara dan artileri pada Rabu dini hari tersebut berlangsung pada pukul 03.00 sampai 04.00 waktu setempat menggunakan bom konvensional, menyasar kawasan pinggiran di timur Damaskus.

Secara paralel, kawasan 
Zamalka, Kafr Batna, dan Ayn Tarma dihantam serangan senjata kimia. Lalu pada pukul 06.00 waktu setempat, serangan darat dilakukan. "Layanan kami memiliki informasi ... yang menunjukkan tindakan-tindakan lain bisa jadi dilakukan juga," tulis laporan itu.

Sementara Presiden Suriah Bashar al Assad dalam wawancara dengan koran Le Figaro, mengatakan, kawasan Timur Tengah ibarat sebuah tong bubuk. Bila Barat menyerang Suriah, menurut dia, seluruh kawasan itu akan terlibat kekacauan.

"Kita tak seharusnya hanya bicara respons Suriah, tapi juga apa yang akan terjadi seketika setelah serangan," kata Assad. "Semua orang akan kehilangan kendali atas situasi ketika tong bubuk ini dipukul. Di sana adalah risiko perang regional," tegas dia.

Putri Bekas Kepala Dinas Intelijen Libya Diculik

Putri Bekas Kepala Dinas Intelijen Libya Diculik

Warga menyaksikan bom mobil hancur di Benghazi, Libya, (13/5). AP/APTN, Al Ahrar

TEMPO.COTripoli - Kepala Lembaga Pemasyarakatan Libya Mourad Zekri mengatakan putri bekas Kepala Dinas Intelijen Libya Abdullah el-Senoussi, Anoud, diculik setelah meninggalkan penjara di Ibu Kota Libya, Tripoli, Senin, 2 September 2013.

Mourad mengatakan, Anoud, putri bekas Kepala Dinas Intelijen Muammar Qadhafi Abdullah el-Senoussi, diculik beberapa saat usai dia meninggalkan penjara al-Rayoumi di Tirpoli, Senin, 2 September 2013.

"Petugas keamanan sedang melakukan penyelidikan mendalam," kata Zekri.

Anoud ditahan selama sekitar 10 bulan setelah memasuki Libya dari pengasingannya. Pihak berwenang mengatakan, dia memasuki negara dengan paspor palsu.

Kedatangan Anoud ke Libya untuk mengunjungi ayahnya di penjara. Senoussi mendekam dalam bui karena terlibat kejahatan pada 2011 dalam perang saudara untuk menggulingkan Qadhafi yang menyebabkan ribuan orang tewas.

Senoussi dan putra Qadhafi, Saif al-Islam, didakwa melakukan pembunuhan terkait dengan perang saudara dan dihadapkan ke pengadilan September 2013 ini.
AL JAZEERA | CHOIRUL